Posted by Suprapto
Pada tulisan kali ini, kami angkat sebuah topik permasalahan yang klasik dan
kontemporer, yaitu mengenal Dimana Allah? Karena di sana
banyak kita dapati di antara masyarakat yang menyimpang dalam aqidah
(keyakinan) yang agung, prinsip Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-, dan para
shahabat -Ridhwanullah ‘alaihim ‘ajmain-, serta orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik.
Kita mendapati di antara kaum muslimin di zaman ini, bermacam-macam
keyakinannya atas pertanyaan “Dimana Allah?”
Di antaranya ada yang berkeyakinan bahwa Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berada
di hati, bahwa Allah itu berada dimana-mana, bahwa Allah itu lebih dekat dari
urat leher, bahwa Allah -Subhanahu wa Ta’ala- bersatu dengan hamba-Nya. Lebih
parah lagi, ada juga yang berkeyakinan bahwa Allah itu tidak di kanan, tidak di
kiri, tidak diatas, tidak di bawah, tidak di depan, dan tidak pula di belakang.
Sungguh ini adalah pernyataan yang sangat lucu.
Lantas dimana Allah?! Padahal kalau kita mau mengikuti fitrah kita yang
suci, sebagaimana fitrahnya anak yang masih kecil, pemikiran mereka yang masih
polos, seperti putihnya kertas yang belum ternodai dengan tinta. Kita akan
dapati jawaban dari lisan-lisan kecil mereka, jikalau mereka ditanya, “Dimana
Allah?” Mereka akan menjawab, “Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berada di atas
langit”.
Aqidah (keyakinan) tentang keberadaan Allah di langit (artinya, di atas
Arsy), ini telah dijelaskan dalam Kitabullah, As-Sunnah, ijma’, dan komentar
para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam kitab-kitab mereka. Mereka sudah
patenkan (tetapkan) bahwa barangsiapa yang menyelisihinya, maka ia adalah ahli
bid’ah, dan menyimpang.
Dalil-dalil masalah ini sangatlah banyak dari Al-Qur’an, dan As-Sunnah.
Berikut ini kami akan sebutkan -insya’ Allah- beberapa di antaranya saja, dan
sebenarnya tidak terbatas.
Al-Allamah Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-‘Utsaimin -rahimahullah- berkata
dalam Syarh Lum’ah Al-I’tiqod (hal. 61), “Istiwa’ (bersemayam)-nya Allah di
atas Arsy termasuk diantara sifat-sifat yang tetap bagi-Nya berdasarkan
Al-Kitab, As-Sunnah, dan kesepakatan Salaf.”
Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman,
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
“(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas `Arsy.” (QS.
Thoha: 5)
Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman,
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي
سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى
الْعَرْشِ
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas `Arsy.” (QS. Al A’raf: 54)
Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman,
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي
سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى
الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy untuk mengatur segala urusan.”
(QS. Yunus: 3)
Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman,
اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ
اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
“Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu
lihat, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy.” (QS. Ar Ra’d: 2)
Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman,
الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ
أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
“Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam
enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy.” (QS. Al-Furqon: 59)
Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman,
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي
سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى
الْعَرْشِ
“Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas `arsy.” (QS.
As-Sajadah: 4)
Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman,
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا إِلَيْهِ
يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ
الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu
semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh
dinaikkan-Nya.” (QS. Fathir: 10)
Al-Hafizh Al-Baihaqy -rahimahullah- berkata dalam Al-I’tiqod (1/114),
“Ayat-ayat itu merupakan dalil yang membatalkan pendapat orang Jahmiyyah yang
menyatakan bahwa Dzat Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berada dimana-mana.”
Dalil-dalil dalam permasalahan ini banyak sekali, jika kita ingin memeriksa
Al-Qur’an, As-Sunnah, dan atsar para salaf. Oleh karena itu, Ibnu Abil Izz
Al-Hanafiy -rahimahullah- berkata dalam Syarh Al-Aqidah Ath-Thohawiyyah (288),
“Dalil-dalil yang semisal dengannya, kalau seandainya dihitung satu-persatu,
maka akan mencapai ribuan dalil.”
Adapun dalil-dalil dari hadits, sabda Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-:
لمَاَّ خَلَقَ اَللهُ الْخَلْقَ كَتَبَ فِيْ كِتَابِهِ فَهُوَ عِنْدَهُ
فَوْقَ الْعَرْشِ إِنَّ رَحْمَتِيْ غَلَبَتْ
غَضَبِيْ
“Ketika Allah -Subhanahu wa Ta’ala- menciptakan makhluk-Nya, Allah
-Subhanahu wa Ta’ala- menuliskan di dalam kitab-NYa (Lauh Mahfudz) yang ada di
sisi-Nya di atas Arsy (singgasana): ‘Sesungguhnya rahmat Allah mendahului
kemurkaan-Nya.” [HR. Al-Bukhary dalam
Shohih-nya (3022, 6969, dan 6986), dan Muslim dalam Shohih-nya (2751)]
Dari Abu Sa’id Al-Khudri Nabi
-Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
أَلاَ تَأْمَنُوْنَنِيْ وَأَنَا أَمِيْنُ مَنْ فِيْ السَّمَاءِ يَأْتِيْنِيْ
خَبَرُ السَّمَاءِ صَبَاحًا وَمَسَاءً
“Tidakkah kalian percaya
kepadaku? Sementara aku dalam keadaan beriman kepada Yang di langit. Datang
kepadaku berita dari langit di waktu pagi hari dan petang …” [HR. Al-Bukhary
dalam Shohih-nya (4094), Muslim dalam Shohih-nya (1064)]
Al-Qurthuby -rahimahullah- dalam
Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an (7/219) berkata, “Tidak ada seorang salaf pun yang
mengingkari bahwa Allah bersemayam di atas Arsy-Nya secara hakiki. Arsy
dikhususkan karena ia merupakan makhluk Allah yang terbesar. Para salaf tidak
(berusaha) mengetahui cara (kaifiyyah) Allah bersemayam, karena sifat
bersemayam itu tidak bisa diketahui hakekatnya. Imam Malik -rahimahullah-
berkata : [‘Sifat bersemayam itu diketahui maknanya secara bahasa, tidak boleh
ditanyakan cara Allah bersemayam, dan pertanyaan tentang cara Allah bersemayam
merupakan bid’ah dan ajaran baru.”
Jadi, madzhab Ahlis Sunnah
menyatakan bahwa Allah bersemayam di atas Arsy, namun ilmu-Nya meliputi segala
sesuatu. Adapun aqidah yang menyatakan bahwa Allah berada dimana-mana, bukanlah
merupakan aqidah Ahlis Sunnah, akan tetapi merupakan aqidah ahli bid’ah yang
batil berdasarkan ayat-ayat yang menyebutkan bahwa Allah di atas Arsy beserta
keterangan Ulama Ahlis Sunnah yang telah kami sebutkan, dan berikut tambahan
keterangan dalam masalah ini:
Al-Hafizh Abu Umar Ibnu Abdil
Barr -rahimahullah- berkata dalam At-Tamhid (7/129), “Di dalamnya terdapat
dalil yang menunjukkan bahwa Allah Azza wa Jalla berada di atas Arsy, di atas
langit ketujuh sebagaimana yang ditegaskan oleh Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Itu
juga merupakan hujjah mereka terhadap orang-orang Mu’tazilah yang berkata:
“[Allah berada di mana-mana, bukan di atas Arsy]”.Dalil yang mendukung
kebenaran madzhab Ahlul Haq/Ahlis Sunnah dalam hal ini adalah firman Allah Azza
wa Jalla: “Ar-Rahman bersemayam di atas Arsy” dan firman-Nya Azza wa Jalla: “
Kemudian Dia bersemayam di atas Arsy…”
Imam Al-Qurthuby -rahimahullah-
berkata dalam Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an (4/162): “Jahmiyyah terbagi menjadi
12 kelompok … (di antaranya) Al-Multaziqoh, mereka menganggap bahwa Allah
berada di mana-mana …”
Shodaqoh -rahimahullah- berkata,
“Saya mendengar At-Taimy berkata, “Andaikan aku ditanya : Dimana Allah Tabaraka
wa Ta’ala? Niscaya aku akan jawab: Dia di langit.” [ Lihat Syarah I’tiqod Ahlis
Sunnah (3/401/671)]
Imam Malik bin Anas
-rahimahullah- berkata, “Allah berada di langit, sedang ilmu-Nya berada di
mana-mana, tidak ada satu tempatpun yang kosong dari ilmu-Nya.” [ Lihat Syarah
I’tiqod Ahlis Sunnah (3/401/673)]
Imam Ahmad bin Hambal
-rahimahullah- pernah ditanya, “Allah -Azza wa Jalla- berada di atas langit
yang ketujuh, di atas Arsy terpisah dari makhluk-Nya. Kemampuan dan ilmu-Nya
berada di mana-mana?” Beliau Jawab : “Ya, Dia berada di atas Arsy. Sedang tidak
ada satu tempat pun yang kosong dari ilmu-Nya.” [ Lihat Syarah I’tiqod Ahlis
Sunnah (3/401-402/674)]
Imam Ahmad -rahimahullah- juga
berkata, “Jika anda ingin mengetahui bahwa seorang Jahmiyyah itu berdusta atas
nama Allah, yaitu saat ia menyangka bahwa Allah berada dimana-mana.” [Lihat
Ar-Rodd ala Az-Zanadiqoh wa Al-Jahmiyyah (1/40)]
Dari semua dalil-dalil, dan
pernyataan ulama salaf tersebut menunjukkan bahwa Allah bersemayam di atas Arsy
(singgasana), sedang Arsy Allah berada di atas langit, bukan di mana-mana.
Merupakan kewajiban bagi setiap muslim untuk mengimani dengan keimanan yang
kokoh, tanpa ragu terhadap semua dalil-dalil yang menerangkan hal tersebut, dan
menghadapinya sebagaimana ia datang, tanpa takwil, dan tanpa menanyakan cara
Allah bersemayam, atau menyerupakannya dengan makhluk-Nya.
Al-Hafizh Ibnu Katsir
-rahimahullah- berkata, “Adapun firman Allah Ta’ala :
ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
“Lalu Dia bersemayam di atas
Arsy.”
Orang-orang memiliki pendapat
yang sangat banyak dalam masalah ini, tapi sekarang bukan saatnya kita
paparkan. Dalam masalah ini kita harus mengikuti madzhab Salafush Sholeh,
seperti Imam Malik, Al-Auza’iy, Ats-Tsaury, Al-Laits bin Sa’d, Asy-Syafi’i,
Ahmad, Ishaq bin Rohuyah, dan lainnya dari kalangan ulama-ulama kaum muslimin
baik dulu maupun sekarang. Madzhab mereka adalah menjalankan dan memahami
sifat-sifat tersebut sebagaimana ia datang, tanpa perlu dibicarakan
cara/bentuknya, atau diserupakan dengan sifat makhluk dan dihilangkan maknanya.
Sedang yang terbayang dalam benak orang-orang Musyabbih (orang yang
menyerupakan sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya) tersucikan dari Allah,
karena tidak ada seorang makhlukpun yang menyerupai-Nya [‘Tidak ada sesuatupun
yang menyerupai-Nya. Sedang Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat’]. Bahkan inti
permasalahannya sebagaimana yang telah ditegaskan oleh para ulama, seperti
Nu’aim bin Hammad Al-Khuza’iy. Beliau berkata : ‘Barangsiapa yang menyerupakan
Allah dengan makhluk-Nya, maka ia telah kafir. Barangsiapa yang menolak sesuatu
yang Allah sifatkan untuk diri-Nya, maka ia telah kafir. Tidak ada penyerupaan
pada sesuatu yang Allah sifatkan untuk diri-Nya. Barangsiapa yang menetapkan
(sifat) bagi Allah sebagaimana yang terdapat dalam ayat-ayat yang gamblang, dan
hadits-hadits shohih dengan bentuk yang sesuai dengan kemuliaan Allah dan
menyucikan segala kekurangan dari Allah, maka sungguh ia telah menempuh jalan
yang lurus’.” [Lihat Tafsir Ibnu Katsir (2/221)]
Ini adalah aqidahnya para nabi,
para sahabat, para tabi’in, dan para pengikut tabi’in sebagai generasi terbaik
dari umat ini dalam memahami, dan mengamalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Karena
merekalah yang menyaksikan turunnya wahyu, dan sebab sabda Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam diucapkan oleh
beliau.
Kita memohon kepada Allah Ta’ala
agar diberikan taufiq dan pemahaman yang lurus serta agar kita termasuk dari
golongan mereka dan dijauhkan dari pemahaman-pemahaman yang menyimpang.
Washolallahu ‘Ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘Ala Ahlihi wa Ashhaabihi Ajmain.
Sumber : Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 03 Tahun I.
skip to main |
skip to sidebar
SOLAT:
.shalat tahajud sholat tarawih
.Menuju shalat khusyu
.Sholat dhuha
.Sholat tasbih
.Niat sholat sunnah sebelum sholat subuh
.Sholat isya tahajud
.qunut witir pada ramadhan
.sujud sahwi
.doa waktu sujud.
.istighfar dalam sholat
.shalat malam maximal 11-rakaat
.criteria mukim yang membuat shalat jama
.beda madzab
.melakukan gerakan lain di dlm sholat
.Menuju shalat khusyu
.Sholat dhuha
.Sholat tasbih
.Niat sholat sunnah sebelum sholat subuh
.Sholat isya tahajud
.qunut witir pada ramadhan
.sujud sahwi
.doa waktu sujud.
.istighfar dalam sholat
.shalat malam maximal 11-rakaat
.criteria mukim yang membuat shalat jama
.beda madzab
.melakukan gerakan lain di dlm sholat
ARTIKEL TOGA
Anggun J 11
-
▼
2014
(113)
-
▼
Mei
(69)
- Shalat Tahajud = Sholat Tarawih?
- Qunut Witir Pada Ramadhan
- Sujud Sahwi
- Doa Waktu Sujud
- Istighfar Dalam Sholat
- Shalat Malam Maximal 11 rakaat
- Kriteria Mukim Yang Membuat Shalat Jama` Qashar Su...
- beda madzab
- melakukan gerakan lain di dlm sholat
- Shalat sunnah ba'da ashar
- sholat Isya & tahajud
- niat sholat sunnah sebelum sholat subuh
- Sholat Tasbih
- Sholat Dhuha
- shalat sunah fajar
- Menuju shalat Khusyu
- Menghilangkan Riya', 'Ujub, dan Sum'ah
- Mengganti Sholat bagi Orang yang Telah Meninggal D...
- Menafsirkan Al-Qur’an dengan Ilmu Modern
- LUASNYA NERAKA !!!
- Kurban Untuk Orang Tua yang Telah Meninggal : Bisa...
- Kesalahpahaman Seputar Doa dan Ruqyah
- Hewan yang Diharamkan dalam Hadits Nabawi
- Tujuh Keajaiban Dunia (versi Islam)
- Tawasul Yang Boleh Dan Yang Tidak Boleh
- Sebutan ‘Almarhum’ Untuk Orang yang Meninggal
- Keajaiban Apa Saja Yang Dimiliki Rasullah Nabi Muh...
- Kapan Suatu Dosa Menjadi Besar
- Kajian Aqidah,Fitnah Kuburan Malapetaka Umat
- Jaminan Masuk Surga bagi Setiap Muslim
- Ilmu Nujum yang Dilarang dan Dibolehkan
- Pengumuman
- Kumpulan Doa 2
- Doa Harian 1
- Al Kursy dan Al Arsy Itu Nyata atau Kiasan
- Betulkah “Alam Telah Berkehendak
- Mengenal dimana allah
- Apakah Perkataan Shahabat Bisa Dijadikan Hujjah
- Bagaimana Jin Masuk Ke Tubuh Manusia
- Benarkah Ada Makhluk yang Mengatur Alam Ini
- Benarkah Rasulullah Diciptakan Dari Cahaya
- Benarkah Ungkapan ‘Khalifah Allah’ untuk Manusia
- Bidahnya Dzikir dengan Alat Tasbih
- Bolehkah Bersumpah dengan Al Qur’an?
- Doa Berjamaah Setelah Shalat
- Fatwa Ulama Seputar Nasyid
- Hukum Akad Nikah Ketika Sedang Haidh
- Hukum Meminta Bantuan Jin dan Perinciannya
- Hukum Meminta Tolong Jin Untuk Mengetahui Penyakit
- Hukum Menyingkat Lafazh Shalawat
- Hukum Bedah Cesar Secara Paksa
- Hari-hari Dilarang untuk Berbekam
- Bolehkah Terapi Kesehatan dengan Musik?
- Bolehkah Berobat dengan Arak
- Bolehkah Ber-KB untuk Kepentingan Tarbiyah Anak
- Bolehkah Aborsi Janin yang Cacat
- Apakah Berobat Menafikan Tawakkal
- Antara Ruqyah dan Pengobatan Medis
- Alkohol dalam Obat dan Parfum
- Akhlak Orang Sakit Terhadap Keluarga dan Saudaranya
- Adab Ketika Sakit
- Batilnya Aqidah Reinkarnasi
- Bagaimana Jin Masuk Ke Tubuh Manusia?
- Apakah Perkataan Shahabat Bisa Dijadikan Hujjah?
- Apakah Jilbab Harus Berwarna Hitam?
- Mengenal dimana allah
- Al Kursy dan Al Arsy Itu Nyata atau Kiasan?
- Adzan Di Telinga Bayi
- 1000 Dalil Menyatakan Allah Di Atas Langit
-
▼
Mei
(69)