Al Kursy dan Al Arsy Itu Nyata atau Kiasan



Posted by Suprapto
Dalam Al Fatawa IV/584, Al Imam Al Alim Ar Rabbani Syaikhul Islam Taqiyuddin Ibnu Taimiyyah rahimahullah ditanya: Apakah Al Arsy dan Al Kursy itu benar-benar ada atau hanya kiasan saja? Apakah termasuk madzhab Ahlus Sunnah wal Jamaah bahwa sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berbicara dengan Musa ‘alaihis salam secara lisan tanpa ada perantara? Dan apa yang disaksikan oleh Nabi Musa ‘alaihis salam cahaya ataukah api?
Maka beliau rahimahullah menjawab:
Alhamdulillah (segala puji bagi Allah). Bahkan Al Arsy itu keterangannya terdapat dalam Al Qur’an dan As Sunnah dan juga ijma’ (kesepakatan) Salaful Ummah dan para imamnya. Demikian pula Al Kursy telah tsabit (shahih) menurut Al Qur’an dan As Sunnah serta ijma’ jumhur salaf. Dan telah dinukil dari sebagian mereka, bahwa kursi-Nya adalah ilmu-Nya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun itu adalah pendapat yang sangat lemah. Karena sesungguhnya ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Ya Rabb kami! Rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu.” (QS. Al Mu’min: 7)
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahui diri-Nya dan mengetahui hal yang telah terjadi serta yang belum terjadi. Bila dikatakan bahwa ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala itu meliputi langit dan bumi maka makna ini tidaklah sesuai, terlebih Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:
“Dan Allah tidak merasa berat menjaga/memelihara keduanya (langit dan bumi).” (QS. Al Baqarah: 255)
“Dan Allah tidak merasa berat”, artinya tidak memberatkan Allah dan tidak pula menyusahkan-Nya.
Makna ini lebih sesuai bila dihubungkan dengan kekuasaan dan bukan dengan ilmu. Demikian pula atsar-atsar yang telah dinukil menghendaki makna seperti itu. Tetapi ayat-ayat dan hadits-hadits tentang Al Arsy lebih banyak daripada Al Kursy, jelas serta mutawatir.
Berkata sebagian mereka: “Bahwa Al Kursy adalah Al Arsy”, namun kebanyakan mereka mengatakan bahwa Al Arsy dan Al Kursy adalah dua hal yang berbeda. [1]
Sedangkan Musa ‘Alaihis Salam, maka sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala berbicara dengannya tanpa perantara menurut kesepakatan kaum muslimin baik Ahlus Sunnah maupun Ahlul Bid’ah. Tidak ada seorangpun dari kaum muslimin baik Ahlus Sunnah, Al Jahmiyah, Al Mu’tazilah, Al Kullabiyah serta yang lainnya mengatakan bahwa antara Musa dan Allah ada perantara dalam hal dialog.
Akan tetapi di antara mereka ada perselisihan dalam hal-hal lain selain dari masalah ini. Dan yang disaksikan oleh Nabi Musa ‘alaihis salam adalah api berdasarkan nash Al Qur’an, dan itu juga cahaya (nur) sebagaimana tersebut dalam Al Hadits. Dan api itu adalah cahaya, wallahu a’lam (dan Allah lebih mengetahui). [2]
[Diambil dari buku Mutiara Fatwa dari Lautan Ilmu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, disusun dan dita'liq oleh Abdullah bin Yusuf Al 'Ajlan. Penerbit: Cahaya Tauhid Press, hal. 25-28]